Sunday, October 09, 2005

Sekelumit sharing tentang living abroad



Living abroad, terutama untuk study, ternyata menyimpan duka dan banyak suka-nya.

Duka, karena harus siap mental berpisah dengan semua orang tercinta yang ada di Indo. Apalagi yang sudah punya suami/isteri dan anak, wah.. persiapan psikis harus dari jauh hari sudah dipersiapkan. Persiapan psikis ini mencakup kesiapan yang matang dari pasangan dalam menyikapi suasana ketidakhadiran kita di rumah.

Selain persiapan psikis, tentunya persiapan materi keuangan bagi keluarga yang ditinggalkan dan kemungkinan bentuk komunikasi dengan orang rumah di Indo harus dengan cermat dipelajari. Dalam hal keuangan, beberapa bentuk cara transfer melalui lembaga keuangan bisa dipelajari. Sebagai contoh, untuk transfer via HSBC Bank dari UK ke Indo bisa dilakukan on line, tapi ada fee sebesar 10 pounds. Lumayan besar kalo di convert ke Rupiah. Tapi, 10 pounds disini cuman bisa buat beli daging 1 kilo dan 3 buah baby chicken di Halal counter (Indoor Market). Anyway, jasa keuangan yang lain yang bisa dijadikan pertimbangan yaitu Travelex. Untuk jasa ini saya belum survey secara pasti berapa fee yang akan dikenakan. Nanti saya posting lagi di edisi berikutnya.

Untuk komunikasi, bisa menggunakan perangkat skype (www.skype.com) yang bisa gratis sesama pengguna skype. Saya sudah mencoba skype ini dan hasilnya lumayan jernih, en.. gratis bo.. paling ngga, bisa dijadikan alternatif kalo memang akomodasi kita memungkinkan untuk full time internet connection kayak akomodasi saya ini. Kalo terbatas akses internet, mungkin temen2 bisa menggunakan nomicall, harga nya sekitar 5 pounds dan bisa digunakan untuk berkomunikasi selama 200 menit-an. Lumayan murah euy. Banyak student dari Indo yang pake nomicall untuk telpon ke Indo.

Sharing yang lain yang cukup penting, ngga usah nge-kurs GBP dengan rupiah, bisa bete abis euy.. soalnya disini apa-apa muahal banget. Apalagi untuk student yang dapat beasiswa kayak saya ini, aih aih.. bisa ngga makan kalo sebentar2 nge-kurs melulu. Sebagai contoh, kemaren saya beli sandwich isi telor, jagung ditaburi keju dan saus tomat, harganya 1,82 pounds. Kalo dikurs di Indo, bisa dapat personal pan pizza hut yang uenak itu yach... Dah gitu, makanan inggris ini ngga enak tenan.. ngga ada rasa dan parah banget selera mereka.. (maaf ya untuk the Brits.. hehe). Mungkin karena saya terbiasa makan di resto padang yang rich of seasoning, jadinya begitu mencicipi makanan disini jadi hambar banget rasanya.

Itu tadi sekelumit duka.. Tapi banyak sekali suka nya. Saya baru sebulan disini dan saya sudah banyak mendapatkan banyak hal yang tidak saya temukan di Indo. Pertemanan dan network adalah salah satu hal yang bisa membuat kita bisa survive di negeri orang ini. Komunikasi yang selalu menggunakan foreign language perlu diasah sedemikian rupa agar kita ngga ngerasa minder dengan international student lainnya. Join di student union, sport club, language centre, akan sangat membantu kita menjalin pertemanan dengan sesama student. Memang banyak sekali assignments yang diberikan profesor, tapi itu bukan penghalang kita untuk terus berteman dan mempelajari kebudayaan negara lain. Di UK ada satu program bagus yang namanya HOST. Program ini ditujukan bagi International students yang kepingin mengetahui lebih lanjut bagaimana kehidupan orang inggris kesehariannya. Dalam program ini kita akan diundang kerumah orang inggris asli dan mendapatkan kesempatan belajar budaya dengan mereka. Menarik bukan??

Suka yang lainnya, sistem pendidikan disini sedikit berbeda dengan di Indo. Kalo di Indo kebanyakan dari student baru belajar serius pas waktunya ujian, kalo disini jangan harap bisa begitu.. Menurut pengamatan dan pengalaman saya, kemana2 kita harus membawa compulsory books. Ini karena biasanya dosen tidak akan memberikan materi pada saat dikelas tapi porsinya lebih banyak untuk kegiatan diskusi dan seminar kelas. Tapi jangan dibayangkan kalo kelas disini akan besar seperti di Indo. Biasanya satu course hanya 10 sampai 15 orang. Memang ada kelas besar untuk subject2 favorit, seperti ekonomi dan hukum, tapi mostly untuk
postgraduate tiap course hanya 10-15 orang students saja. Seperti saya di jurusan public economics management and finance hanya mempunyai 14 orang classmates. Tapi ngga masalah karena suasana kelas jadi efektif dan lebih hidup. Banyak sharing experience dan opinion yang kita lakukan dikelas, jadinya suasana kelas more lively dan tidak monoton lecture only. Dan yang paling bikin senang, kita semua diberi kesempatan untuk bicara bebas mengungkapan ide-ide wild kita.. ini sudah saya praktekan di kelas dan ternyata ide-ide wild dan ekstrim saya cukup diterima di floor dan dosen. Dosen ngga sakit hati malah menerima differences yang ada di kelas. Maklum, kadang saya suka punya ide esktrim dan tidak memihak pemerintah, walauu saya orang pemerintahan.. hahaha...

Masih banyak suka yang lainnya yang akan membuat mata hati kita terbuka bahwa banyak perbedaan yang bisa dicompromise dengan hati bijak.

Ok, buat yang mau studying abroad.. komen tentang sharingnya ditunggu, supaya bisa memperkaya khazanah perilmuan living abroad ini.. Ohya, Pascal (1670) pernah berkata : "Man is only a reed, the weakiest thing in nature; but he is a thinking reed". Seandainya Pascal masih hidup, mungkin dia mungkin akan tersenyum melihat generasi muda Indonesia yang selalu menjadi "thinking reed" dalam membangun diri, keluarga, dan bangsanya.

Selamat berkarya, teman. Hasta luego!

1 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Dear Nenny,

Memang nggak gampang hidup di negara lain (apalagi sendirian). Walau aku sudah mempersiapkan diri lahir batin, tetep aja homesick jadi makanan sehari-hari. Tips yang bisa aku berikan: berusaha menyeimbangkan antara belajar dan bersenang-senang... bukannya hura-hura, tapi relaxation seperti ikutan kelas Yoga or Pilates di Uni's Sport Club, nonton, jalan-jalan dan kerja.... Komunikasi dengan keluarga di Indo juga sangat penting, merekalah yg akan memberika semangat pada kita untuk menyelesaikan tugas belajar kita yg tidak mudah ini.
Dan aku setuju banget kalo kita jangan pernah ngekurs biaya hidup kita dg rupiah, nanti nggak jadi makan deh... masa beli chiken breast fillet AUD12/kg!
Sekian dulu comment dari Dessy Emastari. Keep in touch ya...

1:13 PM  

Post a Comment

<< Home